Selasa, 02 Juni 2009

MENGAPA PERLU MEMPELAJARI MOTIVASI

Alasan mengapa para ahli manajemen sangat perlu mempelajari motivasi. Karena motivasi sangat mempengaruhi performance kerja. Dari formasi berikut dapat dilihat varabel yang mempengaruhi performance kerja adalah kemampuan kerja dan motivasi kerja.
Masalah klasik dari jaman dahulu sampai sekarang yang selalu dihadapi oleh manajer adalah dua kelompok besar yang memiliki dimensi banyak, yaitu;
  • PROBLEM MOTIVASI KERJA: Kebiasan kerja yg buruk, seperti tidak disiplin, suka bolos, mencari komisi untuk pembelian alat kantor, suka ngaret jam istirahat, menggunakan telpon perusahaan untuk pribadi, ngerumpi, gosip, dan lain sebagainya.

  • PROBLEM KEMAMPUAN KERJA: masalah kualitas kerja yg tidak sesuai dg harapan. Ini menyangkut masalah pengetahuan dan keterampilan.

Kedua masing-masing variabel tersebut kalau dicari faktor yang mempengaruhi adalah; Varabel motivasi sangat dipengaruhi oleh karakter atau kepribadian karyawan dan lingkungan kerja dan rumah tangga. Sedangkan kemampuan kerja sangat dipengaruhi oleh seberapa besar pengetahuan yang dimiliki, dan tingkat keterampilan karyawan yang bersangkutan.


Secara matrik kedua masalah besar ini (motivasi dan kemampuan kerja) dapat dipakai untuk memetakan kondisi karyawan, dalam bentuk empat blok.


Kita dapat melakukan pemetaan dengan melihat kompoisi jumlah karyawan yang masung dalam masing-masing katagori empat blok yang telah disebutkan diatas. Dari Hasil penilaian prestasi kerja dan pengamatan para penyelianya kita dapat menentukan mana karyawan yang motivasi rendah dan keterampilan rendah, motivasi tinggi-kemampuan kerja tinggi, motivasi tinggi-kemampuan kerja rendah, dan motivasi rendah-kemampuan kerja tinggi.

Komposisi ini dapat saja berubah, ada kalanya karyawan berada dalam motivasi tinggi tetapi dalam kondisi tertentu motivasi menjadi rendah. Sangat dipengaruhi oleh faktor longkungan dan karakter karyawan. Mungkin bonus atau kenaikan gajih yang ditunda bisa saja menjadi penyebabnya.

Motivasi dapat ditularkan. Ketika lingkungan kerja termotivasi, maka karyawan yang tidak termotivasi dapat ditularkan. Begitu pula sebaliknya. Jika sebagaian besar karyawan berada pada motivasi tinggi-kemampuan tinggi, maka karyawan lain mungkin akan mudah mengikutinya. Masalah menjadi tidak diinginkan jika terjadi sebaliknya, yaitu sebagaian besar tidak termotivasi.

Sumber: Agung Teja Kusuma, SE., MM, Motivasi, 2003

Minggu, 31 Mei 2009

KEPUASAN PELANGGAN

Berikut ini saya sajikan pada blog ini tentang Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) yang bersumber dari Tulisan saya yang berjudul Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan tahun 2000. Semoga bermanfaat, karena banyak produk gagal dipasar akibat ketidakmampuan untuk memenuhi kepuasan pelanggan.

Unilever pernah meluncurkan produk Tara Nasiku. Promosi yang gencar dengan pesan iklan yang luar biasa di berbagai media, terutama media TV, merek ini langsung masuk ke benak konsumen. Banyak konsumen tertarik untuk mencobanya. Tetapi rupanya bermodal pesan iklan saja rupanya tidak cukup. Konsumen tidak mau melakukan pembelian ulang. Akhirnya gagal dan kini sudah tidak dipasarkan lagi. Siklus daur hidup produk merek ini-pun menjadi sangat pendek.

Dari sisi keunikan produk Tara Nasiku memang memilikinya. Produk ini diluncurkan pada saat katagori baru yaitu saat munculnya berbagai produk makanan di pasar seperti semaraknya merek mie instant membanjiri pasar. Masyarakat memerlukan kepraktisan dalam memenuhi rasa kenyang. Oleh sebab itu Tara Nasiku langsung dapat dikenal oleh masyarakat. Mengapa merek ini gagal? Tara nasiku tidak mampu memenuhi harapan dan keinginan konsumen. Harus disadari bahwa nasi di Indonesia merupakan makanan pokok untuk mengenyangkan perut. Bukan jenis camilan. Manajemen rupanya kurang memperhatikan hal tersebut. Beberapa konsumen mengatakan jika makan Tara Nasiku sangat tanggung. Untuk mengennyangkan perut rasanya masih kurang, karena porsinya kurang, tetapi untuk camilan rasanya juga kurang masuk, karena nasi di Indonesia belum dapat dikatagorikan sebagai camilan dan menjadi aneh jika camilannya nasi. Kemudian cara masaknya tidak praktis. Padahal pesan di iklannya sangat praktis. Tinggal diseduh dengan air panas, ditutup dibiarkan sebentar kemudian siap konsumsi. Rupanya masyarakat Indonesia belum siap dengan perubahan budaya masak dan mengkonsumsi nasi dengan cara demikian. Jika di rumah atau di restauran atau rumah makan lebih baik nasi yang dimasak biasa. Berarti penyebab kegagalan kedua adalah kebiasaan masyarakat, dan persepsi yang begitu pekat tentang nasi sebagai makanan untuk mengenyangkan.

Kegagalan merek ini untuk memenuhi kenginan dan harapan konsumen, akhirnya unilever memutuskan untuk tidak memasarkannya lagi, walaupun telah menghabiskan Rp 100 milyar untuk pengembangan produk tersebut.


Definisi Kepuasan Pelanggan

Interaksi antara pelanggan dengan pelayanan atau produk, tidak hanya sekedar mengkonsumsi, tetapi juga memperoleh kepuasan dari performance produk dan pelayanan tersebut. Kepuasan dapat tercapai apabila qualitas dapat memenuhi harapan. La Barbera dan Manzursky (1983 : 393-404) menyatakan, kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atau produk yang bersangkutan dengan daya guna yang dirasakan dari produk yang bersangkutan.

Selanjutnya, Kotler (1995:40) mengatakan bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dan perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan yang diinginkan kalau kinerja yang dirasakan di bawah harapan. Maka pelanggan kecewa, sebaliknya kalau kinerja sesuai dengan harapan, maka pelanggan puas. Dalam definisinya tentang kepuasan pelanggan, dinyatakan bahwa, “Kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan dengan harapan” Oliver dan Rust juga menyatakan, kepuasan pelanggan merupakan hasil dari proses sualusi perbedaan harapan sebelum membeli dengan persepsi kinerja (performance) selama dan sesudah melakukan konsumsi (Oliver 1980:1981 Rust and Oliver : 1994).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barry dan kawan-kawan (dalam Tjiptono : 1996:83) pembelian pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan hasil perbandingan antara harapan (sebelum menerima jasa). Jika harapan terpenuhi mereka akan puas dan persepsinya positif, dan sebelumnya jika tidak terpenuhi maka tidak puas dan persepsinya negatif. Sedangkan jika kinerja jasa melebihi harapan mereka bahagia (lebih sekedar dari puas) hampir mirip dengan hal tersebut, Tse dan Wilton (1988:204) menyatakan ; “respon dari pelanggan pada evaluasi dari perbedaan persepsi terhadap harapan yang diperoritaskan (atau beberapa ukuran dan performance) dengan performance nyata dan produk sebagai persepsi setelah mereka mengkonsumsi”. Begitu pula lebih jauh lagi, Sprang, Mac Kenzia dan Olshavsky (1996) menyatakan, dalam memperbandingkan antara persepsi dengan harapan tidak hanya melahirkan tingkat kepuasan pada produk atau jasa tetapi tiga kepuasan terhadap. Informasi yang didasarkan atas harapan Spreng dan kawan-kawan tingkat, terkonfirmasinya harapan menggunakan istilah “expectation congruency”. Hasil kesimpulan penelitian mereka menyatakan bahwa : Expectation congruency memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan pada informasi (tentang ini akan dibahas lebih panjang pada bagian berikutnya Empectation congruency didefinisikan sebagai : pernyataan yang subyektif pelanggan adri terkonfirmasinya harapan dengan performance pelayanan atau produk yang dirasakan oleh pelanggan. Bahkan dalam penelitian yang sama ditemukan pula, terdapat hubungan yang positif terhadap “atributs satisfaction” mereka mendifinisikan “atribut satisfaction” sebagai pernyataan subyektif kepuasan pelanggan sebagai atribut observasi dan atribute performance”.

Spreng dan kawan-kawan membedakan antara harapan dengan keinginan (desire). Dalam bahasan mereka juga menyatakan keinginan yang terpenuhi juga dapat memberikan kepuasan terpenuhinya tingkat keinginan oleh Spreng dan kawan-kawan diistilahkan dengan “desire congruency” dan mereka mendifinisikan sebagai pernyataan subyektif pelanggan tentang tingkat terkonfirmasinya tingkat keinginan oleh performance pelayanan untuk produk yang diterima. Kemudian ditegaskan oleh Spreng “desire congruency” memiliki hubungan yang positif dengan “atribute satisfaction”. Pernyataan yang diperoleh berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitiannya tersebut. Juga sesuai dengan ungkapan Ramasavany ( : 81) menyatakan : kepuasan pelanggan akan menjadi maksimal ketika performance dari atribut tersebut berada pada tingkat atau level yang diingini, dan kepuasan menjadi rendah ketika performance dari atribut tidak dapat mengikuti tingkat atau level yang diingini tersebut.


Sumber : Richard A. Sprang, Scott B. Mackenzia dan Richard W. Olshavsky : A “Reaxamination of the Determirants of Consumar Satisfaction”, Joumal of Marketing Vol. 60 (July) 1996

Kemudian, pakar yang lainnya berbicara masalah kepuasan pelanggan adalah : Day (1984 : 496) menyatakan kepuasan pelanggan sebagai : The evaluatife response to the current consumption event … the consumer’s respons in a particular consumption experience to the evaluations (or same norm of parformance) and the actual performance of the product perceived after its alquisition. Westbrook dan Reilly (1983 : 258) menyatakan : ungkapan “emotional response” dari proses evaluasi pengamatan dipersepsi dan (atau tentang keyakinan atau kepercayaan) terhadap obyek pelaksanaan atau tindakan (action), atau kondisi terpenuhinya sebuah value (kebutuhan, keinginan, yang didambakan).

Dari batasan-batasan tentang teori kepuasan pelanggan maka dapat dibentuk model fungsi secara matematis.

S = f (p – a)

= f ( g)

Untuk mencari kesenjangan (gap) antara persepsi dengan harapan dapat dilakukan dengan cara.

S = P – E

= G

Keterangan
S :Tingkat Kepuasan (satisfaction Level)
F :fungsi
P :Persepsi (perseption) tentang kualitas pelayanan atau produk Yang telah dirasakan
E :Tingkat harapan (expectation level) kualitas pelayanan.G :kesenjangan antara harapan dengan persepsi (gap).


Berdasarkan atas rumusan tersebut, ada tiga alternatif tentang kinerja pelayanan. Pertama apabila hasil negatif maka perepsi pelanggan terhadap kinerja atau “performance” pelaksanaan kurang baik, disebabkan kinerja pelayanan atau produk dianggap kurang mampu memenuhi harapan pelanggan. Oleh sebab itu terjadi ketidakpuasan (dissatisfaction). Enggel dan kawan-kawan (terjemahan : 1994 : 210) menyatakan ketidakpuasan tentu saja menerapkan hasil dari harapan yang ditangguhkan secara negatif. Kedua, apabila hasilnya positif maka perepsi pelanggan terhadap. Kualitas pelayanan sangat baik karena kinerja atau “performance” pelayanan atau produk melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan, atau pelayanan dikategorikan memuaskan hal ini dikemukakan juga oleh Enggel (terjemahan 1994 : 54). Ketiga, kinerja pelayanan cukup baik karena sesuai dengan harapan, sehingga cukup puas. Wesbrook dan Nawman (1978 : 456-466) menyatakan ; tampaknya kegagalan dalam memenuhi harapan yang tinggi itu menyebabkan ketidakpuasan ringan. Tetapi pada kesempatan lain mereka dengan kesempatan buruk sebelumnya mengalami kejutan yang menyenangkan dan menunjukkan tingkat kepuasan yang bahkan lebih tinggi dibandingkan mereka yang puas sebelumnya.

Kesenjangan antara persepsi kualitas kinerja pelayanan yang dirasakan dengan harapan pelanggan, dinyatakan oleh Oliver (1980 : 410-469) sebagai berikut :

  • Disconfirmation positif yaitu : kinerja atau performance lebih baik dari pada yang diharapkan.
  • Konfirmasi sederhana yaitu: kinerja atau performance sama dengan yang diharapkan.
  • Diskonfirmasi negatif yaitu, kinerha atau performance lebih buruk dari yang diharapkan.

Kemudian, Rohit Ramaswany dalam Design and Management of service processes, Keeping customer for life… terjadinya disconfirmantion yang positif ketika perepsi terhadap performance lebih baik dari apa yang telah diharapkan: kenyataan ini menyebabkan keadaan pelanggan puas. Disconfirmation yang negatif berarti persepsi pada “performance” lebih buruk dibandingkan dengan yang diharapkan, hal ini menyebabkan ketidakpuasan (dissatisfaction). Terkonfirmasi (atau terjadinya 0 (nol) diskonfirmasi) adalah keadaan netral yang mana berarti ; persepsi pada performance sesuai dengan harapan.


Sumber: Rohit Ramaswamy ; Design and management of service processes, Keeping Customer for life, Addison – Wesley Publishing Company, inc. hal. 345.


Kenyataannya, pelanggan tidak hanya sekedar untuk memenuhi harapan tetapi juga dalam proses pemilihan atau akan mengkonsumsi produk atau pelayanan terdapat komponen bobot tingkat pentingnya suatu atribut tertentu pada pelayanan tersebut. Bobot tingkat pentingnya atribut tersebut mengacu pada tingkat keutamaan atribut tersebut dimata pelanggan (baca bagian sebelumnya tentang atribut). Misalnya dalam satu unit pelayanan di bank, pelanggan lebih mengutamakan kecepatan dibandingkan penampilan atau keramah-tamahan karyawan (managemen tingkat pentingnya atribut atau demensi akan dibahas pada bagian berikutnya). Secara matematis bangunan modelnya adalah sebagai berikut:


Bentuk bangunan untuk model disire cengruency dapat disimak berikut ini (Spreng, Mackenzie, dan Olshavsky : 1996)

Model rumusan tersebut diatas akan menemukan tiga alternatif yaitu ; pertama, jika hasilnya O (nol) maka keinginan pelannggan terpenuhi dengan sempurna yang dapat menjadikan pelanggan puas. Kedua, jika hasilnya negatif berarti keinginan tidak terpenuhi dan performance produk, menjadikan tidak puas. Sedangkan yang Ketiga, jika hasilnya positif, performance modal telah dapat melebihi keinginan pelanggan menjadikan pelanggan sangat puas.

Model idial –point atau perbandingan value-percept dan Westbrook dan Reilly (1983).

PENTINGNYA KEPUASAN PELANGGAN

Pada tahun 1960-an seorang ahli pengiklanan, David Ogilvy dalam bukunya, Confessions of an Advertising Man Atheneum menyatakan; “Konsumen bukanlah orang dungu. Dia istri Anda!” Pernyataan ini dikutif oleh dua ahli pengiklanan Dewasa ini, Max Stherland dan Alice K. Sylvester, dalam kata pengantar bukunya; Advertising and The Mind of The Consumer, tahun 2000. Kemudian dalam buku tersebut juga disebutkan konsumen merupakan, “Istri, suami, pasangan, dan anak-anak kita semuanya adalah konsumen. Mereka bukanlah orang idiot. Konsumen adalah Anda dan saya”.

Demikian pentingnya konsumen tersebut. Ada yang mengatakan Dia adalah masa depan karier Anda. Dia adalah penentu jalannya bisnis Anda. Membuat tidur nyenyak, sebaliknya juga kegelisahan. Konsumen menentukan tingkat percaya diri, dan lain sebagainya. Ungkapan-ungkapan tersebut tidaklah berlebihan. Banyak perusahaan akhirnya mundur secara pelan-pelan ketika tidak mampu menjawab tantangan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Masalahnya, seluruh keinginan pelanggan bersifat sangat dinamik. Perubahan begitu cepat. Pengembangan produk memerlukan waktu, tetapi disisi lain kenginan konsumen sudah berubah.

Kerja keras para ahli-ahli pemasaran selama puluhan tahun untuk mencari metode yang cocok penggalian data tentang kebutuhan dan keningian konsumen dan bagaimana caranya untuk memuaskannya, sampai saat ini semakin berkembang, mengingat kunci utama dari semua ungkapan-ungkapan tentang konsumen tersebut adalah kepuasan. Kita masih ingat pada tahun 1980-an demam rambut gondrong sebahu para laki-laki anak muda, inspirasi dari musik metal yang sedang mengidola. Perusahaan Shampoo menemukan ini sebagai peluang dengan melakukan R & D maka ditemukan shampoo yang mempercepat panjangnya rambut dikenal dengan shampoo “metal”. Tetapi tidak beberapa lama Film To Speed mulai diputar diberbagai bioskop di kota besar di Indonesia. Gaya rambut cepak dengan batok kepala sedikit kelihatan pada bagian samping kiri kanan, dikenalkan pada saat itu oleh tokoh sentral, menjadikan sang jagoan lebih maco. Film ini sempat memukau penonton, lebih-lebih para kaum mudanya. Perilaku dengan model gaya rambut metal akhirnya berubah menjadi gaya rambut cepak plontos. Demikain cepatnya perilaku berubah. Karena cepatnya tersebut trend menjadi heterogen. Keseragaman menjadi suatu yang dipertanyakan. Artinya; pada saat terjadinya trend rambut gondrong, pada saat itu pula banyak orang yang berambut cepak. Banyak perusahaan akhirnya harus berhati-hati jangan sampai terjebak pada trend sesaat. Biaya pengembangan dan komunikasi produk tidaklah kecil. Itulah sebabnya banyak perusahaan besar berani membayar mahal konsultan-konsultan untuk menggali potensi untuk memuaskan konsumen atau pelanggannya.

Pada tahun 1980 sebuah perusahaan riset pasar yang ternama J.D. Power & Associates, mengumpulkan pendapat lebih dari 60.000 pemilik mobil di Amerika Serikat, untuk mengukur kepuasan mereka terhadap mutu produk dan pelayanan dari dealer atau perusahaan penyalur selama 12 sampai 14 bulan pertama kepemilikan mobil mereka. Survai dilakukan terhadap berbagai merek yang terjual di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kepuasan terhadap dealer ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Kepuasan terhadap dealer menyebabkan kesetiaan terhadap dealer. Merzedes-Benz, Subaru dan Jaguar, ternyata memimpin merek lainnya dalam kepuasan pelanggan.

Majalah Swa pernah mempublikasikan hasil pengukuran kepuasan pelanggan yang dilakukan ahli team riset SWA dan Mars (Marketing Rersearch) pada tahun 1993. Dengan mengambil 20 bank yang breast besar dan setiap bank diambil 30 responden. Hasilnya Citibank mampu memimpin bank lainnya dalam masalah kepuasan nasabahnya.

Tulisan ini hanya melingkupi bagaimana memuaskan kebutuhan konsumen, dan bagaimana untuk mengukurnya. Berdasarkan metode-metode yang telah banyak digunakan oleh para ahli, diantaranya Parasuraman, Valarie Zeithaml, dan Leonard Berry dalam metode Serqual. Semoga tulisan menjadi bermanfaat bagi mereka yang ingin mengenal bangaimana memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan dan bagaimana caranya untuk mengukurnya. Tidak ada yang lebih baik kalau kita sudah mengetahui cermin diri kita dalam hubungannnya dengan pelanggan, sebelum segalanya menjadi tanpa kendali. Kita memiliki kecendrungan liar untuk berjanji. Mengekspresikan diri berlebihan, menyanjung diri kita, dan lain sebagainya yang sebangsa dengan itu, tanpa melihat keadaan diri, kemampuan diri. Jika ini terjadi tanpa disadari kita sudah menyakiti pelanggan kita. Melalui tulisan ini mengajak untuk introspeksi diri.

Semoga Tulisan ini dapat menjadi pemahaman tentang kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli. Inti dari kondisi puas adalah pencapaian harapan pelanggan. Lalu apa arti pencapaian kondisi yang mampu memuaskan tersebut? tentunya adalah loyalitas pelanggan. Tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa loyalitas hanyalah untuk mencapai pembelian ulang. Tetapi kita mengharapkan lebih dari pada itu, yaitu kemampuan pelanggan untuk mereferensikan produk kita pada konsumen lainnya. Mark Plus menyatakan Loyalitas mengandung tiga faktor:
  1. TRANSACTION (Kepuasan atas pelayanan yang telah diberikan)
  2. CUSTOMER RELATIONSHIP (LEVEL RETENSI). Hal ini berhubungan dengan kemampuan untuk mengenal pelanggan lebih baik, memahami kebutuhan pelanggan dan memberikan solusi terbaik dalam bertransaksi bagi pelanggan.
  3. PARTNERSHIP (MIGRATION BARRIER ATAU HAMBATAN UNTUK BERPINDAH KE
    PRODUK LAIN). Yang diartikan sebagai kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan,
    membela produk dan terlibat sebagai promotor merk secara sukarela

Sumber: Agung Teja Kusuma, SE., MM. Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan, 2000

IKLAN KOMPARATIF PEPSI VS COCA COLA

Sifat komparatif iklan di Indonesia masih dalam jalur etika. Di luar negeri (USA) justru dilakukan terang-terangan. Contohnya Coca cola Vs Pepsi. Berikut ini akan dipaparkan bagaimana dua merek produk minuman katagori soft drink “berseteru” merebut pasar di USA.




Setelah sukses dengan bahasa kompanye iklan “It’s The Real Thing” pada tahun 1969 Kemudian tahun 1990 memposisikan dirinya kembali sebagai “The Real Thing” dengan slogannya “You Can't Beat the Real Thing” yang artinya bahwa Coca-Cola merupakan minuman cola yang asli dan original alias klasik. Ini berarti selain Coca Cola pastilah tiruan. Menghadapi kampanye iklan ini Pepsi membalasnya dengan menyatakan dirinya “Generation next” ada ekpresi artinya Coca-Cola sudah terlalu kuno dan tua. Persaingan antara Coca-Cola dengan Pepsi sudah berlangsung lama. Untuk penguasaan market share pada tahun 1980 di USA Coca-Cola menguasai 24,3% sedangkan Pepsi 18,0%. Sisanya dikuasai oleh 8 merek lainnya masing-masing dibawah 6 %. Termasuk didalamnya Diet Pepsi sebesar 2,6% Untuk lebih jelasnya dapat dilihat table penguasaan market share Soft Drinks di USA.


Nampaknya untuk mengatasi persaingan hampir setiap tahun Coca-Cola melakukan perubahan slogan. Kita dapat membayangkan bagaimana ketatnya persaingan antara Coca-Cola melawan Pepsi untuk memperoleh penguasaan market share. Gambar berikut ini merupakan contoh-contoh iklan Coca-cola dengan berbagai slogannya.



Perang alias tarung bebas terbuka antara Pepsi dengan Coca-cola rupanya sangat seru dan menjadi daya tarik public. Situs-situs diinternet banyak memanfaatkan peseteruan diantara mereka. Gambar-gambar menarik yang menggambarkan pesan yang menjatuhkan baik dalam kata-kata maupun bentuk visual. Tidak jelas apakah gambar-gambar di situs web yang banyak menekan Coca-Cola tersebut bersumber dari Pepsi ataui hanya kreatifitas orang-orang saja. Seluruh public mencuraigai bahwa semua itu datang dari kubui Pepsi sendiri, karena belakangan Pepsi lebih agresif mengkompanyekan serangan terhadap Coca-Cola.

Gambar-gambar berikut ini merupakan gambar ilustrasi tentang serangan Pepsi terhadap Coca-Cola.



Ternyata merek memiliki sifat seperti manusia, cerdik dalam memanfaatkan keadaan. Serangan Pepsi yang gencar belakangan rupanya tidak terlalu dibalas oleh Coca-Cola. Layaknya seperti manusia yang teraniaya akhirnya justru memperoleh simpati dari masyarakat. Coca-Cola dianggap sebagai produk yang lebih dewasa, tidak arogan dalam menangani keadaan. Disinilah Pepsi akhirnya kurang memperoleh simpati. Perkembangan tersebut membuat Pepsi menjadi sadar, kemudian menghentikan kampanye kerasnya, mulai dengan cara yang lembut dan berupaya merebut simpati public. Pada bulan April 2000 diwujudkan oleh Pepsi dalam pesan iklannya sebagai “We Love Coca-Cola” sebuah ending yang manis dan politis.


Sumber: tulisan ini diadopsi dari Agung Teja Kusuma, Kasus Iklan Komparatif Pepsi VS Coca Cola, dalam Dasar-Dasar Pengiklanan, 2003

KETERKAITAN PENGIKLANAN DENGAN PEMASARAN

Bahasan ini sangat penting sebagai landasan untuk mempermudah memahami keputusan pengiklanan yang berhubungan dengan strategi pengiklanan (terutama strategi media dan pesan), dan strategi tersebut mermiliki kaitan yang erat dengan kebijaksanaan atau strategi pemasaran.

Kegiatan pengiklanan merupakan bagian tertentu dari proses pemasaran. Bahwa pengiklanan salah satu ujung implementasi dari proses pemasaran. Oleh sebab itu harus tunduk pada konsep pemasaran. Artinya aktivitas pengiklanan harus memahami pentingnya untuk mengerti, melayani, dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Praktik pengiklanan yang bertentangan dengan tujuan tersebut seperti janji yang berlebihan, sebaiknya dihindari. Banyak iklan yang gagal akibat dari menyimpang dari filosofi pemasaran. Kegagalan iklan tersebut menjadi kegagalan pemasaran. Irex merupakan produk suplemen kejantanan laki-laki pada iklannya menjanjikan pesan yang tidak sesuai dengan kenyataan manfaat produk. Dampaknya konsumen menjadi kecewa dan tidak mau melakukan pembelian ulang. Akhirnya Irex tidak mau didengarkan lagi karena konsumen tidak mempercayainya.

Untuk lebih jelasnya hubungan antara pengiklanan dalam kegiatan proses pemasaran dapat dilihat pada gambar 2.3. Pada komunikasi pemasaran baik dalam level national maupun international pemasaran memegang penaranan penting. Untuk komunikasi pemasaran international memerlukan adanya keterlibatan komponen penting dan menjadi lebih rumit dibandingkan dengan level nasional. Kita dapat saksikan dalam peragaan gambar 2.1 terdapat sebuah unit yang mengatur dan menentukan atau memutuskan secara sentral. Walaupun unit ini harus tetap berinteraksi dengan unit yang mengatur komunikasi secara local. Terutama dalam kegiatan pengiklanan unit sentral (pusat) international tidak dapat begitu saja menetapkan bentuk iklan dan media tanpa masukan dari unit local. Karena local communication department lebih memahami bentuk atau karakteristik pasar sasaran.

Kesuksesan iklan merupakan kesuksesan pemasaran itu sendiri. Oleh sebab itu para ahli pemasaran dan pengiklanan banyak yang menyatakan, dilihat dari sisi jumlah penjualan, iklan yang sukses adalah iklan yang mampu menjual, atau melahirkan sikap untuk mendukung produk atau niat untuk membeli atau perilaku pembelian. Jadi tidak hanya mampu memperkenalkan atau menginformasikan produk (pencitraan produk) tetapi juga berapa peningkatan volume penjualan. Sebagai hasil dari kesuksesan iklan banyak yang melihat standar ukurnya berupa besarnya volume penjulanan.

Pengiklanan (advertising) terdiri dari dua bidang kegiatan strategis, yaitu pesan dan media. Pada gambar 2.2 diatas diperagakan posisi pengiklanan (advertising) khususnya untuk strategi pesan. Sedangkan berikut ini pada gambar 2.3 dijabarkan posisi advertising khusunya untuk stategi media. Keputusan pesan dan media akan menjadi bahasan penting dalam bab berikutnya.

Pengiklanan dan Proses Pemasaran
Proses kegiatan pemasaran dimulai dari analisis situasi pemasaran. Dalam analisis ini banyak melibatkan factor-faktor sebagai obyek analisisnya adalah lingkungan pemasaran. Dari hasil analisis lingkungan kita baru mengetahui karakteristik dari konsumen, terutama kebutuhan dan keinginan konsumen, termasuk perilaku mereka dalam memenuhi kebutuhan stersebut. Informasi yang diperoleh tersebut akan digunakan dalam menetapkan Segmentasi pasar, kemuduian pembidikan sasaran (targeting), dari pembidikan baru ditetapkan positioning produk. Langkah selanjutnya berupa implementasinya dalam marketing mix (lihat gambar berikut).


Sumber: Agung Teja Kusuma, Dasar-Dasar Pengiklanan, 2003


  1. Segmentasi pasar (market segmentation)
    Kegiatan segmentasi pasar merupakan kegiatan yang penting dalam perencanaan pengiklanan. Bahkan merupakan prosedur dalam merancang kegiatan pengiklanan. Ahli-ahli pemasaran memberikan batasan segmentasi pasar merupakan pengklasifikasian pasar sesuai dengan karakteristiknya. Misalnya pasar pakaian dapat dibagi menjadi beberapa bentuk: yaitu pasar pakaian anak-anak, dewasa, atau orang tua. Faktor penting dalam segmentasi pasar yang mempengaruhi bentuk iklan adalah metode atau cara melakukan segmentasi pasar itu sendiri. Bahkan cara tersebut merupakan variable penting untuk menyusun iklan. Tedapat beberapa cara; Demografis, Fsikografis, Geografis, dan perilaku. Tabel 2.1 merupakan metode dan bentuk dari segmentasi pasar.

  2. Pembidikan pasar (targeting):
    Pemetaan segmen mungkin bisa benar, tetapi tahap memilih atau membidik yang menjadi pasar sasaran keliru, dapat menyebabkan kegagalan. Kasus Green Sands pada waktu masih mengandung alcohol walaupun hanya 1%. Minuman jenis sandy ini sangat digemari oleh target pasarnya di USA, tetapi di Indonesia tingkat penjualan tetap tidak dapat meningkat. Jenis target pasar yang dituju di USA tidak sama kerakternya untuk di Indonesia. Konsumen di Indonesia menganggap bahwa Green Sands sebagai minuman yang “tanggung” karena walaupun minum sebanyak mungkin tidak akan membuat reaksi alkoholnya terasa. Sebaliknya bagi konsumen muslim sekecil apapun kadar alkoholnya tetap saja haram. Kesalahan target terjadi juga pada Sogo Supermarket. Target yang dibidik adalah segmen premium tetapi kurang memahami bahwa kaum premium yang rata-rata kelas atas jarang berbelanja ke Supermarket dan selalu menyuruh orang lain. Sedangkan yang suka berbelanja ke supermarket di Indonesia adalah kaum ibu rumah tangga biasa. Kesalahan lainnya dilakukan oleh Matahari Galeria. Target pasarnya adalah konsumen premium (atas), tetapi image atau persepsi pasar menyatakan Matahari adalah untuk konsumen menengah. Sehingga berpengaruh pada Matahari Galeria. Dampaknya pasar kelas premium kurang mampu menerimanya. Dan masih banyak lagi merek yang salah dalam menetapkan target pasar.

  3. Penempatan (Positioning):
    Posisi produk yang harus ditempati oleh produk dalam segmen yang telah diputuskan sebelumnya. Michael Porter mengatakan bahwa positioning merupakan core-nya strategi. Positioning dikatakan menyangkut strategi karena; mengandung unsure upaya untuk menghasilkan posisi yang unik dan valuable bagi pelanggan. Al Ries dan Jack Trout menyatakan positioning merupakan janji pemasar kepada pelanggan Untuk persaingan positioning menjadi sangat penting, untuk menunjukan perbedaan manfaat sebagai keunggulan bersaing.
    Posisi Produk: Cara produk didefinisikan oleh konsumen berdasarkan beberapa atribut penting—tempat yang diduduki produk dalam benak konsumen dibandingkan hubungannya dengan produk-produk pesaing. Untuk lebih jelasnya tentang pengertian tersebut, marilah kita bayangkan apa yang terjadi dengan suasana persaingan jika produk tidak terpostioning. Bisa saja terjadi persaingan secara prontal. Semua produk sabun akan saling bersaing, hal ini hanya akan mengahabiskan banyak energi untuk menjadi pemenangnya. Berkaitan dengan itu, Hermawan Kartajaya menggunakan ilustrasi sabun mandi Lux vs. Lifebuoy. Jika kita mendengar sabun Lux pastilah yang dikepala kita adalah Tamara Bleszynski, Dian Sastro, atau Mariana Renata. Hal itu wajar saja karena Lux dipositioningkan sebagai sabun kecantikan para bintang. Lalu jika kita mendengar Lifebuoy, pastilah yang ada dikepala kita pastilah tidak jauh dari kata “sehat” dan “keluarga” karena memang Lifebuoy dipositioningklan sebagai sabun kesehatan dan keluarga. Contoh lainnya, Rokok Malboro, pertama kali diproduksi untuk segmen dan target wanita, dipositioningkan sebagai rokok wanita. Kemudian dilakukan repositioning ke rokok pria karena sifat segmen pasar wanita mulai menyempit. Hal ini disebabkan oleh penemuan riset bahwa merokok bagi kaum wanita dapat menggangu kesuburan dan kesehatan kandungan. Penemuan ini menyuburkan kesadaran kaum wanita untuk menjaga kesehatan terutama bagi wanita yang ingin punya keturunan. Perkembangan pasar rokok seperti ini, membuat Malboro melakukan resegmentasi pasar secara demografis, yaitu dari segmen kaum wanita ke segmentasi kaum pria. Dampaknya mata rantai berikutnya seperti targeting juga menjadi berubah, dan akhirnya juga positioningnya. Sebuah pekerjaan berat mengubah positioning yang bertolak belakang. Apakah konsumen mampu mengubah posisi dalam benaknya tentang Malbloro yang sudah kental dan pekat sebagai rokok wanita menjadi rokok pria? Awalnya pertanyaan ini menjadi perdebatan dan menjadi proses pengambilan keputusan yang rumit. Tetapi nyatanya Malboro justru tanpa bekas pernah sebagai rokok wanita. Kaum pria tidak sedikitpun merasa risih mengkonsi rokok merek ini. Tidak ada kesan mereka adalah wanita. Hal ini disebabkan oleh program promosi melalui komunkasi iklan yang sukses dengan pigur Koboy dan penempatan media yang cocok.

Pada gambar diaatas, kita bisa lihat bagaimana bentuk rokok Malboro untuk pertama kalinya ditujukan pada segmen wanita. Design kemasan dan komposisi kualitas produk tidak sama dengan Malboro yang kita lihat sekarang (untuk segmen pria, lihat gambar berikut) Begitu pula dengan pesan dalam komunikasi pemasarannya.



Inilah bentuk iklan rokok Malboro setelah membidik pasar pria. Malboro berubah segmen dari wanita ke pria, akibat dari kondisi pertumbuhan pasar wanita dramalkan menjadi kurang menarik. Bentuk positioning-pun menjadi berbeda

Sumber: Agung Teja Kusuma, Dasar-Dasar Pengiklanan, Materi Kuliah, hal 30-50

PRINSIP PRINSIP PENGIKLANAN

Sejarah dan Perkembangan Pengiklanan
Perkembangan kegiatan pengiklanan pada masa sekarang sudah semakin pesat. Bertambahnya tingkat persaingan dan didukung dengan infrastruktur perkembangan teknologi, iklan menjadi sebuah fenomena pada jaman sekarang.
Hasil pengamatan AC Nielsen di Indonesia, dalam bidang ritel saja pertumbuhan omzetnya 23,8% per tahun 2005 – 2006 belanja iklannya pada tiga katagori media; Televisi, Koran dan majalah, secara total pada tahun 2005 sebesar Rp. 115.716.000.000,- dan pada tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi Rp. 165.600.000.000,- Angka ini belum termasuk bidang yang lainnya di luar ritel. Dari total tersebut, ternyata Koran menjadi pilihan yang paling banyak karena dianggap paling efektif oleh industri ritel. Hal tersebut tampak jelas dari kontribusi Koran mencapai 90,6% total belanja iklan kategori retailer, selebihnya adalah majalah 5,2% dan Televisi hanya 4,2%. Para pemain yang beriklan ini, yang terbesar adalah Hypermart sebesar Rp. 39 milyar, dan urutan kedua adalah Carrefour Rp. 33 milyar (AC Nielsen, dalam Majalah Marketing, No 5 /VII/Mei/2007).
Kita tidak pernah menyangka pengiklanan sudah berkembang dengan pesat, kalau diikuti dari perjalanan sejarah pengiklanan. Dari cara yang sangat klasik sampai dengan metode yang sangat modern. Ahli pengiklanan seperti J. Thomas Russell dan W. Ronald Lane membagi sejarah pengiklanan menjadi tiga periode yang besar:
  1. Era prapemasaran ( The Premarketing Era): lebih kurang pada masa pra sejarah sampai pertengahan abad ke 18 kegiatan pengiklanan masih dilakukan dengan sangat primitive. Mereka masih menggunakan tanah liat dan kedai-kedai minuman, dan tukang teriak kota (town criers).
  2. Era Komunikasi Massa (The Mass Communication Era): Sejak pertengahan abad ke 18 sampai dekade-dekade awal abad ini, para pelaku pengiklanan memilih akses kemampuan penyebaran informasi yang lebih luas, melebihi segmen-segmen masa sebelumnya. Hal ini didukung dengan perekembangan media cetak yang lebih cepat dan melalui media siaran.
  3. Era Penelitian (The Research Era): selama 50 tahun terakhir, para pengiklan secara metodis telah meningkatkan teknik-teknik pengenalan dan secara sempit mencapai audiens yang ditargetkan dengan pesan-pesan yang dipersiapkan secara khusus untuk tiap-tiap kelompok atau individu (dalam hal penjualan langsung lewat pos). ditunjang dengan teknologi yang modern, telah mampu membantu penelitian untuk kampanye pengiklanan yang sempurna.

Tantangan kegiatan pengiklanan pada masa yang akan datang menjadi cukup diperhitungkan. Selain keefektifannya dalam meningkatkan popularitas dan penjulan produk, iklan menjadi senjata penting dalam kegiatan promosi. Oleh sebab itu, banyak perusahaan-perusahaan besar mulai melakukan perubahan struktur organisasinya dengan masuknya sebuah bagian atau devisi atau departemen khusus yang melakukan kegiatan pengiklanan. Walaupun demikian sampai sekarang kegitan pengiklanan masih dibawah departemen pemasaran.

Peranan Pengiklanan pada Bisnis

Peranan pengiklanan dalam dunia bisnis dan pemasaran sangatlah besar seperti; pesannya dapat dirancang untuk menambah keinginan untuk membeli produk, untuk mendukung suatu gagasan atau maksud, bahkan sebaliknya untuk mengurangi konsumsi suatu produk tertentu (demarketing). Bahkan untuk kegiatan politik. Di luar negeri sudah dilakukan lebih awal jauh sebelum Pilkada di Indonesia mulai semarak. Pengiklanan digunakan untuk mencari suatu dukungan untuk menjadi presiden atau gubernur dan bupati. Kita bisa saksikan di Metro TV (siaran Indonesia) pada pertengahan tahun 2008 menjelang Pemilu 2009. Prabowo Subianto mantan Komandan Kopasus pada masa Orde Baru, melakukan iklan pencitraan dengan memposisikan diri sebagai sosok atau pigur yang dekat dengan para petani. Bahkan ia menyebutkan dirinya sebagai ketua Himpunan Rukun Tani Indonesia. Selain Prabowo terdapat juga Wirantro dan Ketua Umum Partai Amanak Nasional.

Walaupun demikian, iklan sebagian besar digunakan untuk barang dan jasa. Dalam konteks ini, pengiklanan hanyalah menyangkut salah satu factor akan kesuksessan dari produk di pasar. Kita tidak dapat mengatakan bahwa pengiklanan merupakan segalanya dari kegiatan pemasaran. Iklan hanyalah sebuah sarana komunikasi. Ada kalanya iklan menjadi gagal untuk membuat produk dapat diterima pasar, mengubah sikap konsumen dari tidak mendukung produk menjadi berminat. Para manajer pemasaran menjadi prustasi ketika melihat kenyataan volume penjualan setiap bulan mengalami penurunan. Jika hal ini terjadi, biasanya disebabkan oleh masalah non komunikasi pemasaran, seperti factor kualitas produk (product performance). Hal ini menyangkut permasalahan yang sangat pundamental. Sebaik apapun iklan, factor kualitas produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan serta harapan pelanggan tetap menjadi prioritas utama.

Sehubungan dengan itu di atas terdapat tiga aturan penting untuk mengembangkan pengiklanan yang efektif (J. Thomas Russell dan W. Ronald Lane, Tata Cara Periklanan Kleppner, PT. Elex Media Komputindo, 2000. hal 22-34).

  • Semua kegiatan pengiklanan harus dilihat dari sudut pandang konsumen. Produk harus memenuhi kebutuhan konsumen bukan penjual. Hal ini berarti dalam pengembangan produk baru harus berorientasi pada permintaan konsumen yang potensial. Bukan mulai dari konsep produk apa yang dapat diproduksi secara efisien.
  • Menyampaikan pesan-pesan penjualan: motiv pengiklanan bukan untuk penulisan karya tulis yang hebat, penyajian gambar yang paling bagus, penghibur khalayak, walaupun semua unsure tersebut terdapat dalam pengiklanan tetapi unsure yang terpenting adalah pengiklanan merupakan alat penjualan.
  • Para Pelanggan membeli manfaat bukan atribut. Oleh sebab itu para pengiklan harus mampu menunjukan manfaat dari atribut. Perbedaan manfaat pada atribut produk pesaing menjadi penting untuk ditonjolkan. Konsumen tidak mencari apa yang dapat diperoleh dari barang ini, tetapi manfaat yang akan didapat dari barang ini.

Pengertian Pengiklanan

Pengertian iklan yang diberikan oleh para ahli menjadi berbeda dari sudut cara penyampaianya, tetapi makna intinya mengarah pada pengertian komuikasi. Kotler menyebutkan bahwa pengiklanan merupakan berbagai bentuk presentasi dan promosi non-pribadi yang dibayar mengenai gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi. Sedangkan Otto Klepper dalam bukunya Advertising Procedure mendifinisikan iklan mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak-pihak lain. Definisi tersebut sangat meneyerupai pengertian dari komunikasi yaitu; transpormasi pesan dari satu orang (pihak) ke orang lain, dengan menggunakan media lisan, media cetak, radio, televise, computer, internet, telpon dan lain sebagainya. Pendapat Wright dikutip oleh Liliweri menyebutkan bahwa iklan merupakan sebuah bentuk untuk menyampaikan pesan sebagaimana kegiatan komunikasi lainnya. Kemudian secara tegas disebutkan juga, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melaui saluran tetentu dalam bentuk informasi yang peruasif.

Beberapa Negara mengistilahkan iklan dengan cara yang berbeda. Di Amerika dan Inggris disebutkan sebagai advertising, Di Belanda diistilahkan dengan advertentie . di Prancis disebut dengan reclamare, yang berarti menyebutkan atau meneriakkan secara berulang-ulang. Bangsa Latin menyebutkan sebagai advertere. Dan Bangsa Arab menyebutkan sebagai I’lan, kemduian di Indonesia dibaca dengan Iklan. Oleh sebab itu istilah iklan yang kita kenal di Indonesia berasal dari istilah Arab. Tetapi ada juga yang menyebutkan dengan istilah advertensi, berasal dari istilah Amerika dan Inggris juga termasuk Belanda. Tetapi dengan adanya semangat anti imprialisme setelah Merdeka maka istilah advertensi diganti dengan iklan.

Prinsip-Prinsip Pengiklanan
Dari definisi para ahli tersebut diatas, maka dapat tarik beberapa prinsif pengiklanan. Rendra Widyatama menyebutkan terdapat enam prinsif pengiklanan, yaitu; 1) adanya pesan tertentu, 2) dilakukan oleh komunikator, 3) Dilakukan dengan cara nonpersonal, 4) ditujukan pada kalayak tertentu, 5) peyampaian pesan tersebut dilakukan dengan membayar, 6) Mengharapkan dampak tertentu (Rendra Widyatama, Pengantar Pengiklanan) Tetapi pada kenyataannya pengiklanan sering menggunakan media tertentu, oleh sebab itu terdapat prinsif yang ketuju yaitu Menggunakan media tertentu. Secara lengkap penjelasan tentang prinsif-prinsif pengiklanan adalah sebagai berikut:

  1. Pesan tertentu: Sesuatu dikatakan iklan karena mengandung pesan tertentu yang ingin disampaikan. Pesan merupakan inti pokok. Dari pesan kita bisa tahu sasaran atau target komunikasi. Jika dalam sebuah siaran TV ia tampil tanpa gambar dan suara atau tulisan maka ia bukan iklan, begitu pula dengan media cetak, ia tampil tanpa gambar dan tulisan, hanya blank begitu saja maka ia bukanlah iklan (mengenai pesan dapat dibaca pada bagian berikut).
  2. Dilakukan oleh komunikator: adanya iklan disebabkan oleh adanya yang mensponsori atau dikenal dengan komunikator. Tanpa komunikator iklan tidak ada. Mereka (komunikator) bisa berupakan lembaga atau perorangan. Bisanya dalam kegiatan perusahaan dibuat oleh bagian pemasaran dan para pemegang keputusan yang terkait, bekerja sama dengan kreatif derektor pada biro pengiklanan.
  3. Dilakukan melalui media : kegiatan pengiklanan tidak dilakukan dengan cara berhadap muka atau secara fisik tatap muka, tetapi melalui media atau disebut dengan media pengiklanan. Media pengiklanan dapat berupa TV, Koran, Majalah, Tabloid, Internet, sms, out door dan lain sebagainya (mengenai media baca bagian berikutnya).
  4. Diarahkan untuk audien tertentu: kegiatan pengiklanan mempunyai sasaran komunikasi tertentu. Salah satunya adalah kalayak (audien) tertentu yang menjadi target. Dalam kegiatan proses pemasaran dari suatu perushaan yang dilakukan untuk tujuan komersil, dikenal dengan adanya segmentasi pasar. Kemudian lebih rinci pada target sasaran. Kegiatan pengiklanan tidak dapat terlepas dari segmen dan target sasaran tersebut. Shampoo Sunlisk dirancang untuk para wanita di Indonesia. Oleh sebab itu iklan dirancang untuk bisa mengkomunikasikan produknya untuk kaum wanita sebagai target sasaran. Dalam dunia pendidikan, iklan yang bersifat menginformasikan dapat saja diumumkan oleh kepala sekolah tentang perpanjangan hari libur suatu sekolah. Diarahkan pada siswa sekolahnya. Demikian pula dengan iklan Pilkada tingkat II Gianyar Bali, diarahkan untuk masyarakat kabupaten Gianyar.
  5. Dilakukan dengan Komersial: Jika kegiatan pengiklanan dilakukan dengan cara Cuma-Cuma atau tidak ada unsur kkomersil dengan pihak media atau perancang iklan, maka untuk dewasa ini lebih banyak masuk dalam katagori bentuk komunikasi lain. Pembayaran bukan hanya dalam bentuk uang, tetapi dapat juga dalam bentuk lainnya seeprti; barter dengan ruang atau kesempatan. Sebuah kegiatan penting seperti acara musik dapat dilakukan dengan cara tidak membayar pada media cetak seperti majalah. Tetapi dengan cara memberikan ruang berupa penayangan majalah tersebut sebagai sponsor acara, misalnya memasang logo atau pesan majalah (untuk promosi majalah) di salah satu halaman pada buku tamu, atau umbul-umbul atau spanduk. Tetapi untuk prinsip yang satu ini masih dalam tahap ketidakpastian kalau dihubungkan dengan trend perkembangan yang sedang terjadi. Banyak bentuk iklan tidak bertujuan komersial. Seperti iklan anti rokok. Iklan ini bersifat menganjurkan orang untuk tidak merokok berarti untuk tidak membeli sutau produk katagori tersebut. Demikian pula iklan kompanye penggunaan kondom untuk mencegah AIDS.
  6. Mengharapkan dampak tertentu: semua kegiatan pengiklanan memiliki dampak tertentu yang diharapkan. Harapan tersebut sangat besar termuat pada pesan yang disampaikan. Iklan sebuah perusahaan tentang promosi produk memiliki dampak atau tujuan ; yaitu; tujuan komunikas; memberitahukan tentang merek baru atau fungsi baru dalam suatu produk, atau pelayanan. Tujuan bujukan (yaitu merangsang terjadinya pembelian atau mengalihkan perhatian pelanggan dari pihak pesaing untuk membeli produk yang bersangkutan) dan tujuan mengingatkan; agar pelanggan tidak melupakan produk atau brand yang bersangkutan, terutama pada musim atau kesempatan tertentu. Tetapi tidak semua iklan mengharapkan dampak positif terhadap produk. Terdapat pula iklan yang mengharapkan dampak dalam dukungan yang berbeda, seperti dukungan suara untuk pemilihan presiden, ajakan menjadi anggota partai, dukungan untuk menjadi bupati, gubernur, dan lain sebagainya. Bahkan sekarang sering kita lihat di sebuah desa terpajang gambar tokoh-tokoh penting. Ternyata di desa tersebut ada pemilihan kepala desa.

Sabtu, 30 Mei 2009

KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK KECIL

Dimana pun anda bekerja, pastilah tidak dapat terlepas dengan lingkungan klompok kerja. Pada organisasi manapun anda tidak dapatb terlepas dengan ikatan kerja dengan orang lain. Kelompok kerja yang kecil yang sering rutin terjadinya interaksi dengan anda mungkin mulai dengan sub organisasi atau kelompok kecil. Kelompok kecil ini disesbut dengan tim. Keberhasilan tim akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Paktor yang dominant penyebabnya terjadinya komunikasi yang sehat antar anggota tim sebagai satu kesatuan sinergi.
ALASAN MENGAPA MEMBENTUK TIM:
Agar mencapai tujuan organisasi yang rasanya sangat sulit dicapai maka Organisasipun membentuk tim dengan alasan sebagai berikut:
  • Keputusan yang lebih baik; keputusan umumnya akan menjadi lebih akurat dan efektif karena anggota kelompok dan tim memberi kontribusi keahlian dan sudut pandang yang berbeda.
  • Respon yang lebih cepat. Ketika harus diambil keputusan untuk merespons persaingan atau untuk menyelesaikan suatu masalah, kelompok dan tim kecil dapat bertindak dengan lebih cepat.
  • Meningkatkan produktivitas; karena mereka sering lebih dekat pada tindakan dan pelanggan, anggota tim dapat melihat peluang-peluang untuk meningkatkan efisiensi.
    Penerimaan (“buy-in”) yang lebih besar; keputusan yang diputuskan bersama-sama, biasanya diterima lebih baik karena anggotanya yang memutuskan solusi dan lebih bersedia untuk mendukungnya.
  • Resistensi yang lebih rendah terhadap perubahan; orang yang memberi masukan pada pengambilan keputusan biasanya lebih bersahabat, tidak agresif dan tidak resiten terhadap perubahan.
  • Meningkatkan moral karyawan; kepuasan pribadi dan moral kerja meningkat ketika tim mencapai sukses.
  • Mengurangi resiko; semua anggota merasa bertanggung jawab atas suatu keputusan sehingga mengurangi resikjo bagi setiap orang.

KERJA SAMA TIM FUNGSIONAL DAN PERAN

Kerja sama tim terdiri dari:

  • Kerja sama fungsional: merupakan kerja sama antara beberapa orang , beberapa unit atau bagian, yang memiliki fungsi yang berbeda dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Setiap unit atau bagian mendelegasikan orangnya (anggotanya) untuk menjadi anggota tim dan dapat digantikan sewaktu-waktu oleh orang lain dari tim yang sama. Jadi siapapun yang menjadi anggota tim tidak terlalu penting yang penting memenuhi keterwakilan setiap fungsi. Kapasitas individu tidak menjadi hal yang penting, karena tanggung jawab dipikul oleh unit atau bagian yang diwakilinya. Kehadiran individu dalam tim bukan karena ia memiliki kemampuan khusus yang diperlukan oleh tim tetapi adalah mewakili unit atau bagiannya.
  • Kerja sama peran: didasarkan atas pandangan tidak ada manusia yang sempurna (nobody perfect), maka kerja sama sangat diperlukan berdasarkan atas gabungan dari kemampuan lebih yang dimiliki tiap-tiap individu untuk melaksanakan suatu tugas khusus. Jadi kerja sama peran diperlukan atas dasar kesadaran bahwa secara individu seseorang memiliki kelebihan (kompetensi) yang dapat memberikan nilai tambah bagi orang lain di satu sisi, dan sisi lain juga memiliki kekurangan yang memerlukan bantuan orang lain. Oleh sebab itu, dalam kerja sama peran, keikutsertaan seseorang benar-benar karena didasarkan atas pertimbangan kompetensi diri yang dimilikinya. Harus disadari, dalam kerja sama peran setiap anggota harus berada pada posisi memberi (give), bukan posisi meminta (take). Harus mampu dan menyadari serta menerima apa kelebihan dan kekurangan diri dan apapula yang menjadi kelebihan dan kekurangan rekannya dalam tim. Hormat (respect ) dan saling percaya (trust) saling anggota tim merupakan suatu kondisi yang tiodak dapat ditawar.

PERAN-PERAN DALAM TIM

Belbin (ahli tim) berbpendapat bahwa, tim kerja akan efektif apabila orang-orang yang ada didalamnya terdiri dari berbagai kateristik sehingga tiap keberagaman tersebut setiap orang dapat memberikan kontribusi yang terbaik untuk hasil yang luar biasa. Kelompok yang idial menurut Belbin perlu adanya orang-orang seperti karakteristik berikut:

  • Coordinator (CO): Seseorang yang berkarakter atau kepribadian; pemikir yang disiplin cenderung mengkoordinir dan mengorganisir tim untuk mendapatkan komposisi peran yang seimbang untuk mencapai tujuan bersama. Orang seperti ini cenderung menjadi tumpuan tim dan menjaga setiap anggota tetap pada perannya.
  • Shaper (SH): Seorang berkarakter yang agresif, dengan karakter yang kreatif , yang memberikan dinamika dan pengarahan terhadap kelompok, menyediakan motivasi serta energi (kekuatan) dan sedikit kepemimpinan di dalam beberapa tugas kepeloporan baru.
  • Plant (PL): Rendah hati, tetapi bijaksana, memberikan gagasan-gagasan bagi kemajuan dengan merenungkan permasalahan dengan tenang, dan biasanya suka menyendiri. Tipe orang seperti ini tidak suka menjadio pusat perhatian, pribadi ini kadang-kadang memerlukan pancingan untuk memberikan kontribusinya yang optimal.
  • Monitor Evaluator (ME): seorang yang hati-hati mengevaluasi gagasan-gagasan dan beragumentasi untuk memastikan kebenarannya, menyoroti masalah dengan pendekatan kreatif, serta memeriksa ketelitiandan efektivitas usul serta solusi.
  • Implementer (IMP): Seorang yang efisien dan berhubuingan langsung dengan pekerjaan, mengetahui prosedur, serta mempunyai suatu pendekatan yang ralitis, memastikan bahwa arsip-arsip disimpan sebagaimana mestinya, menyimpan daftar jam perjalanan dan tabel kemajuan terbaru-serta terutama sekali menginginkan peran yang berrtanggung jawab atau lebih penting.
  • Team Worker (TW): mengurus kelompok sebagai regu, bkerja secara rendah hati untuk melihat bahwa ada keselarasan, memecahkan konflik, mendengarkan permasalahan, memperlancar hubungan, mendorong orang lain untuk maju.
  • Resource Investigator (RI) Tukang pasang yang menyediakan informasi dan jaringan sosial untuk informasi serta sumber daya, dan mempunyai banyak hubungan, Tipe ini terkesan ramah dan terlalu santai.
  • Completer Finishing (CF) yang memandu dan membujuk serta mengomeli kelompok untuk memenuhi batas waktu dan mematuhi kendali. Kaqdang-kadang menunjukan rasa tertarik; memberi kelompok perasaan penting bila perlu.
  • Specialist (SP): Seorangt yang pokus padfa tugasnya, sering menjadi penyedia pengetahuan dan keahlian yang jarang dimiliki oleh anggota lainnya. Biasanya bersikap penuh dedikasi dan rendah hati.

EMPAT TAHAP PEMBENTUKAN TIM:

  • Forming (Pembentukan): anggota tim baru mencoba mengenali orang lain sesama anggota, apa yang dilakukan dan bagaimana bertindak, para anggota dipengaruhi oleh harapan dan keinginan bersama, mereka secara serius mencoba memahami bagaimana menjalankan kelompok (tim) tersebut. Bahkan secara khusus mereka memperkirakan bagaimana kemungkinan gaya kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
  • Storming (Gejolak): Setelah adanya penemuan harapan dan keinginan yang selaras dan sesuai pada tahap pertama, maka mulai ada kelihatan konflik. Masing-masing anggota akan memperjuangkan pendapatnya sendiri dan menentang pendapat yang berbeda, kondisi kritis dapat terjadi bila perbedaan pendapat tidak menemui kesepakan sehingga dapat membuat tim bubar.
  • Norming (Pendewasaan): Terjadi kerja sama. Anggota tim telah menemukan kesesuaian termasuk metode kerja tim secara umum, dan setiap orang berkeinginan untuk berbagi. Anggota sanggup menyatukan pendapat-pendapat mereka untuk kebutuhan tim yang lebih utama, konflik, ketidak percayaan telah memudar digantikan dengan kerja sama.
  • Performing (Pelaksanaan / transpormasi): Tahap ini dicirikan oleh penekanan yang lebih berorientasi pada pencapaian tujuan tim dari pada sistem atau proses kerja tim untuk mencapai tujuan tersebut. Hubungan yang telah terbagun pada tahap sebelumnya terutama tahap Pendewasaan, menimbulkan loyalitas (kesetiaan). Jika ini terjadi maka tim akan sanggup melaksanakan tugas yang lebih kompleks dan pengatasi perubahan yang lebih pesat.

MEMBANGUN SINERGI

Kekuatan terletak pada perbedaan bukan kesamaan. –Stephen R. Covey)

  • Pembentukan suatu tim kerja adalah untuk mewujudkan sinergi. Gabungan kemampuan dan karakter yang berbeda akan memperkuat kemampuan suatu tim untuk mencapai hasil yang diingini.
  • Sinergi merupakan keseluruhan, lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya. Sinergi hanya terjadi jika bila dua orang atau lebih menghasilkan lebih banyak secara bersama-sama diabanding penjumlahan apa yang dapat mereka hasilkan secara sendiri-sendiri.

Proses Sinergi:

  • Hubungan saling percaya: tanpa rasa saling percaya kedua belah pihak atau lebih yang bekerja sama akan terjebak pada perbedaan-perbedaan mereka dari pada hasil yang diingini.
  • Pola pikir menang-menang; selalu berpikir untuk kepentingan bersama dari pada kepentingan sendiri-sendiri.
  • Komunikasi Efektif: Berusaha untuk memahami terlebih dahulu baru kemudian difahami. Komunikasi akan terjadi dengan baik jika pihak-pihak atau individu berusaha memahami satu sama lain terlabih dahulu dari pada berdebat untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
  • Menghargai perbedaan; menghargai perbedaan merupakan peluang untuk belajar.